h1

PENANDATANGANAN MOU PROPINSI VOKASI

April 11, 2008

Menurut rencana besuk Sabtu, 12 April 2008 bertempat Hotel Lor Inn Solo Mendiknas Bambang Sudibyo akan mencanangkan JAWA TENGAH SEBAGAI PROPINSI VOKASI. Pada kegiatan yang dihadiri oleh Gubernur Jateng, semua Bupati /walikota dan kepala Dinas Pendidikan se Jateng tersebut itu selain akan disampaikan blue print propinsi vokasi juga akan ditandatangani MOU antara Mendiknas, Gubernur Jateng dan Bupati/Walikota untuk mendukung percepatan pencapaian prosentase jumlah siswa SMK (60%) : SMA (40%) melalui program di Kabupaten/Kota masing-masing.

h1

Aspek Moral Dalam Ujian Nasional

April 3, 2008

Harus diakui bahwa menghadapi pelaksanaan Ujian Nasional yang persyaratan lulusnya makin meningkat menimbulkan kekhawatiran berbagai pihak. Siswa jelas khawatir jangan-jangan dia tidak lulus, pasti kena marah orang tua dan malu dihadapan teman. Orang tua khawatir anaknya tidak lulus, artinya sudah kehilangan sekian juta rupiah dan harga diri sebagai orang tua. Guru khawatir dianggap tidak profesional karena siswanya banyak yang tak lulus. Kepala sekolah pun tentu sangat khawatir karena bisa dianggap tidak bisa memimpin sekolahnya. Bahkan kepala Dinas dan Bupati/walikota sampai menteripun khawatir terhadap kelulusan ujian nasional.
Baca selanjutnya :lihat http://utomokdl.blogspot.com/

h1

Milad ke 19, SMA Muhamadiyah 4 Kendal, ajang promosi dan Unjuk Kekuatan Sekolah

Maret 29, 2008

Assalamualaikum wr. wb.
Dalam rangka memperingati HUT (Milad) SMA Muhammadiyah 4 Kendal yang ke-19, SMA akan mengadakan berbagai lomba yang memperebutkan berbagai tropi dan hadiah.
Lomba-lomba yang digelar diantaranya adalah :

I. Lomba Untuk Siswa SMP se- Kabupaten Kendal
1. Lomba Kepanduan SMP
2. Lomba Desain Mading Berbasis TI untuk SMP
3. Lomba Writing English untuk SMP
4. Lomba Band antar Sekolah

II. Lomba Untuk Siswa SMA Muhammadiyah 4 Kendal
1. Lomba Yel-yel antar Kelas
2. Lomba Kebersihan (K3)
3. Lomba Tumpeng Antar Kelas

Baca entri selengkapnya »

h1

UNDANGAN RAPAT TERBATAS

Maret 21, 2008

Dimohon kehadirannya Bapak/Ibu Kepala SMA “
1. SMA 1 KENDAL
2. SMA 2 KENDAL
3. SMA 1 CEPIRING
4. SMA 1 BOJA
5. SMA 1 KALIWUNGU
6. SMA 1 SUKOREJO
7. SMA 2 SUKOREJO
8. SMA 1 GEMUH
9. SMA PMS
10. SMA PGRI 01 KENDAL
11. SMA MUH 1 WELERI
12. SMA MUH 3 KALIWUNGU
13. SMA MUALIMIN WELERI
Besuk pada hari : SENIN, 24 Maret 2008 Pk. 1o.00 WIB di R.Sidang Dinas Dikpora

h1

Tawaran Narasumber siaran Persiapan Ujian Nasional 2008 di TVE

Maret 20, 2008
TVE atau Televisi Edukasi sejak 17 Maret sampai dengan 7 Mei 2008 nanti menyiarkan acara Persiapan Ujian Nasional 2008 secara interaktif.Persiapan Ujian Nasional disiarkan setiap hari Senin sampai dengan Jum’at dengan alokasi waktu:
a) pukul 13.00-14.00 WIB dan 15.00-17.00 WIB, atau
b) pukul 14.00-15.00 WITa dan 16.00-18.00 WITa, atau
c) pukul 15.00-16.00 WIT dan 17.00-19.00 WITDengan pembagian masa penyiaran per-jenjang sebagai berikut:
a) SMA/SMK/MA = 17 Maret – 18 April 2008
b) SMP/MTs = 17 April – 1 Mei 2008
c) SD/MI = 7 April – 7 Mei 2008Setiap acara menampilkan seorang Guru sebagai narasumber dan seorang Pembawa Acara (Host). Tahun 2008 ini TVE menawarkan kesempatan kepada Bapak dan Ibu Guru yang berminat untuk menjadi narasumber dalam siaran Persiapan Ujian Nasional 2008.

Guru yang dapat menjadi narasumber adalah Bapak atau Ibu Guru mata pelajaran:
1) Bahasa Indonesia SD, SMP, SMA, SMK
2) Bahasa Inggris SD, SMP, SMA, SMK
3) Matematika SD, SMP, SMA, SMK
4) Fisika SMP, SMA
5) Kimia SMP, SMA
6) Biologi SMP, SMA
7) Geografi SMA
8) Sosiologi SMA
9) Ekonomi SMA
10) Produktif Otomotif SMK

bagi Bapak atau Ibu Guru yang berminat dan ingin mencoba melamar sebagai narasumber dipersilakan untuk mengirim file:
– surat izin dari kepala sekolah (scanned),
– daftar riwayat hidup (CV) dan
– foto digital (berwarna, setengah badan)
melalui e-mail ke: sepuluh_juni@ yahoo.com dan cc ke: tve.karima@gmail. com

Nama-nama narasumber terpilih akan diinformasikan melalui e-mail pribadi dan milis ‘tv-edukasi’ dan ‘guru-tendik’ . Sertifikat dari Pustekkom akan diberikan kepada narasumber setelah tampil di TVE.
Demikian tawarin menarik dari TVE, selamat melamar dan semoga sukses!

Sumber : Kwarta Adimphrana (maskwarta.blogspot. com)

h1

PELATIHAN PEMBUATAN TES ONLINE

Maret 18, 2008

Hari ini Rabu, 19 Maret 2008 SMA 1 Kendal akan melaksanakan pelatihan pembuatan Tes Online untuk guru. Pelatihan dilaksanakan di Laboratorium Internet SMA 1 Kendal dengan Instruktur Bp. Masrukin dari Tim Pengembang kurikulum Dinas Pendidikan dan guru SMK N 2 Kendal.
Diharapkan malalui pelatihan ini guru SMA 1 sebagai sekolah calon sekolah Rintisan SBI dapat menguasai penggunaan tes online dalam pembelajaran.

h1

MARI BERGABUNG DI PUSTAKA MAYA DIKPORA

Maret 18, 2008

Mohon partisipasi anda semua untuk menjadi kontributor materi pada PUSTAKA MAYA yang sedang kami bangun. Caranya kunjungi Pustakamaya dinas Dikpora dengan klik PUSTAKA MAYA yang ada pada jipkendal.

h1

KIAT MENGATASI KEGAGALAN SERTIFIKASI GURU

Maret 11, 2008

Peran Aktif Kepala Sekolah

Proses sertifikasi guru telah berlangsung selama dua tahun, yaitu tahun 2006 dan tahun 2007. Presentase kelulusan uji sertifikasi tahun 2007 lebih kecil dibandingkan dengan presentase kelulusan tahun 2006.
Banyak pihak beralasan, kegagalan guru dalam uji sertifikasi tahun 2006 disebabkan karena uji sertifikasi ini merupakan sesuatu yang baru, dan sosialisasi sertifikasi dianggap masih kurang merata. Alasan ini tak dapat lagi digunakan pada tahun 2007. Maka, munculah alasan lain-lain. Misalnya seperti alasan ekonomi, yakni guru dianggap terlalu sibuk mencari tambahan penghasilan, sehingga tak sempat lagi melakukan kegiatan lain yang dibutuhkan dalam penyusunan portofolio untuk proses sertifikasi.

Banyak alasan kegagalan uji sertifikasi guru yang bisa dicari, tetapi apapun alasan yang dikemukakan, tanpa adanya kemauan untuk melakukan tindakan perbaikan, tak akan ada artinya.
Ada kejadian menarik pada sertifikasi tahun 2007, yaitu pada pengisian kekurangan kuota sertifikasi guru. Pengisian kekurangan kuota ini menimbulkan kecurigaan beberapa kalangan, bahwa telah terjadi jual beli tiket sertifikasi. Kecurigaan ini muncul karena kekurangan kuota ini banyak diisi oleh kepala sekolah, dan tidak sampainya informasi ini pada guru. Alasan yang dikemukakan, mengapa hal ini terjadi, adalah sempitnya waktu untuk mengumpulkan bahan-bahan sertifikasi.

Ada dua pelajaran yang dapat dipetik dari pengisian kekurangan kuota sertifikasi guru tersebut. Pertama, adanya kepala sekolah yang belum mempersiapkan guru untuk mengikuti uji sertifikasi sewaktu-waktu ada permintaan. Kedua, walaupun terjadi penyimpangan terhadap kriteria penetapan peserta uji sertifikasi, yaitu prioritas utama peserta adalah masa kerja mengajar, tetapi kelulusan peserta uji sertifikasi tambahan ini lebih terjamin.

Dua pelajaran di atas menimbulkan gagasan penulis tentang kiat mengatasi kegagalan guru dalam mengikuti uji sertifikasi. Kepala sekolah, khususnya yang telah lulus uji sertifikasi, agar memfasilitasi guru dalam mengisi dan melengkapi borang sertifikasi. Banyak hal dalam sertifikasi yang membutuhkan peran aktif kepala sekolah. Salah satu contohnya adalah penilaian tentang RPP. Jika pada setiap akhir pembelajaran, RPP dan pelaksanaannya selalu diberikan penilaian oleh kepala sekolah, maka guru tak perlu lagi kerepotan dalam mengisi borang sertifikasi yang berkaitan dengan RPP. Di samping itu, guru akan dapat memilih lima RPP terbaik, berdasarkan penilaian yang telah diberikan kepala sekolah.

Yang tak kalah pentingnya adalah kemauan kepala sekolah untuk berperan aktif membantu memprediksi nilai sertifikasi guru. Walaupun prediksi nilai kepala sekolah mungkin tak sama dengan nilai dari penilai sertifikasi sebenarnya, ini cukup membantu mengurangi tingkat kegagalan uji sertifikasi guru yang bersangkutan. Bahkan jika memungkinkan, secara internal kepala sekolah dapat membentuk tim penilai sertifikasi guru. Tugas tim internal ini adalah menilai sertifikasi guru di luar penilaian yang bersifat rahasia. Dengan adanya tim ini di sekolah, kepala sekolah akan mengetahui dengan tepat guru-guru yang telah siap mengikuti sertifikasi. Bahkan lebih jauh, kepala sekolah dapat menilai kinerja masing-masing guru di sekolahnya.

Kompromi antar Guru agar diperlakukan adil

Walaupun prioritas utama kriteria peserta uji sertifikasi guru adalah masa kerja atau pengalaman mengajar, kita tak boleh melupakan makna sertifikasi itu sendiri, yaitu guru yang sudah lulus uji sertifikasi berarti guru itu telah diakui kapasitasnya sebagai guru.

Tentu tidak semua guru yang masa kerjanya lebih lama mempunyai kapasitas yang memadai sebagai guru, atau sebaliknya. Itulah sebabnya pemerintah menetapkan kriteria kelulusan pada uji sertifikasi guru. Tidak adil kiranya, jika penetapan peserta semata-mata diutamakan pada lama masa kerja tanpa melihat prestasi kerja, sebagaimana tidak adilnya jika penetapan peserta semata-mata diutamakan pada prestasi kerja tanpa melihat masa kerja.

Ada jalan kompromi yang dapat ditempuh agar semua guru merasa diperlakukan adil tanpa mengesampingkan tujuan sertifikasi dan kriteria penetapan peserta sertifikasi. Jalan kompromi tersebut adalah kepala sekolah memberikan kesempatan pada semua guru untuk mengisi borang sertifikasi dan kemudian menilai isian borang tersebut. Dari penilaian tersebut, kepala sekolah dapat menetapkan guru-guru yang diperkirakan akan lulus uji sertifikasi sekaligus menetapkan urutan peserta uji sertifikasi dari sekolahnya dengan memprioritaskan guru yang mempunyai masa kerja lebih lama.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan agar uji sertifikasi berjalan sukses, dalam arti tingkat kelulusannya tinggi, maka dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
Kepala sekolah membuat tim internal penilai borang uji sertifikasi guru
Kepala sekolah meminta semua guru untuk mengisi borang uji sertifikasi guru
Tim penilai uji sertifikasi sekolah memberikan penilaian borang sertifikasi yang telah disusun guru
Tim penilai uji sertifikasi sekolah bersama-sama kepala sekolah menetapkan guru-guru yang berpeluang lulus uji sertifikasi

Kepala sekolah menetapkan urutan guru yang akan diikutkan uji sertifikasi berdasarkan masa kerja guru yang berpeluang lulus uji sertifikasi.
Jika kelima hal di atas dilakukan, maka kita optimistis tingkat kelulusan peserta uji sertifikasi akan meningkat, bahkan tidak menutup kemungkinan semua peserta akan lulus uji sertifikasi guru, sehingga tidak lagi timbul anggapan bahwa guru di perkotaan lebih buruk dari guru daerah.

sumber : http://www.klubguru.com/

h1

PEMBELAJARAN DENGAN 3M

Maret 10, 2008

Pertanyaan mendasar yang dapat kita ajukan adalah bagaimanakah kondisi proses belajar mengajar di sekolah? Apakah sudah berkualitas ? Apakah parameter pembelajaran yang berkualitas ? Apakah guru sudah mengoptimalkan seluruh potensi yang ada?

Proses Belajar Mengajar di Sekolah
Kami pernah bertanya kepada siswa bagaimana pendapat mereka tentang proses belajar mengajar yang terjadi di sekolah, mereka mengemukakan pendapat berikut :
”Membosankan, guru monoton ngajarnya. Ngajar cuma nulis-nulis di papan tulis aja, kita tidak mengerti apa yang guru ajarkan”.
”Gurunya tidak jelas neranginnya, monoton, boring”.
”Pelajarannya enak, gurunya ‘enak’, kita juga semangat”.
Ternyata sebagian besar merasakan kebosanan, tidak menarik atau menakutkan. Tidak berkaitan dengan dunia mereka, tidak banyak manfaatnya. Akibatnya siswa kurang bersemangat dalam belajar dan pencapaian kompetensi dan target pun tidak optimal. Lebih jauh lagi bisa berakibat siswa malas ke sekolah, stress dan jika terus berlanjut dapat jatuh sakit.
Jika kita bertanya kepada guru apa yang mereka inginkan tentang pembelajaran, maka pasti guru ingin :

  1. Semua anak menyukai belajar. Anak-anak senang semua mata pelajaran. Tidak ada perbedaan mata pelajaran yang disenangi dan tidak disenangi. Baik kesenian, matematika, olahraga, sains, dan sebagainya semuanya disenangi siswa.
  2. Anak mendapatkan manfaat penuh dari belajar. Apa yang dipelajari akan berguna dalam kehidupan siswa di masa kini maupun masa datang.
  3. Anak bersemangat untuk terus belajar, tidak hanya di sekolah. Di rumah, di masyarakat anak terus belajar meskipun tidak diberi tugas atau PR.

Dari uraian di atas, terdapat kesenjangan antara harapan guru dan pandangan siswa. Bagaimana mengatasi itu semua ? Bagaimana caranya agar antara harapan dan kenyataan sesuai ?

Pembelajaran Berkualitas : Pembelajaran 3M
Sebelum menjelaskan lebih jauh tentang pembelajaran berkualitas maka penulis ingin mengemukakan contoh sebagai analogi tentang pembelajaran berkualitas.

”Di rumah tangga, untuk penerangan ruangan atau kamar biasanya digunakan lampu listrik. Ada dua jenis lampu yaitu lampu tabung (tube lamp : TL) dan lampu pijar. Dari dua jenis lampu ini ternyata untuk besar daya yang sama, tingkat cahayanya berbeda. Lampu TL 15 Watt lebih terang daripada lampu pijar 15 Watt. Mengapa terjadi demikian? Hal ini karena efisiensi kedua lampu tersebut dalam mengubah energi menjadi cahaya yang berbeda. Lampu TL dapat mengubah sekitar 80 % energi menjadi cahaya. Lampu pijar hanya dapat mengubah sekitar 35 % energi menjadi cahaya. Oleh karena itu, wajar saja lampu TL jadi lebih terang karena lebih efisien. Akibatnya sebagian besar masyarakat menggunakan lampu TL meskipun harganya relatif lebih mahal, tetapi dalam jangka panjang lebih hemat pembiayaan”.

Apa hubungan cerita di atas dengan pembelajaran ?
Jika kita analogikan pembelajaran dengan lampu, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran yang berkualitas itu seperti lampu TL. Daya serap siswa besar karena efisiensi pemanfaatan sumber dayanya tinggi. Dengan energi yang sedikit dari guru, maka hasil yang diperoleh besar. Bagaimana agar itu dapat terwujud ? Kuncinya adalah pembelajaran berkualitas harus dapat dilakukan oleh guru.

Pembelajaran yang berkualitas harus memiliki ciri 3M yaitu :

  1. Menyenangkan : siswa mengikuti pembelajaran dengan perasaan riang, gembira dan bahagia sehingga siswa terlibat penuh, antusias dan ceria.
  2. Memuaskan : kebutuhan & rasa ingin tahu dari siswa terpenuhi sehingga mereka mau kembali belajar. Dari sisi guru, indikator pencapaian terpenuhi sehingga juga muncul kepuasan.
  3. Membekas : apa yang diajarkan secara kognitif membekas di pikiran siswa sehingga tidak akan lupa. Selain itu secara afektif dan psikomotorik akan membentuk perilaku baru pada siswa menjadi lebih baik.

Agar guru dapat mengajar dengan 3M maka guru dalam setiap pembelajarannya harus :

  1. Attraktif : menarik perhatian sehingga siswa mau, senang dan aktif belajar
  2. Interaktif : dapat mengajar dengan kreatif dan efektif sehingga siswa menguasai ilmu yang dipelajari
  3. Inspiratif : dapat menggugah dan memotivasi siswa untuk terus mencintai, mengembangkan dan menyebarkan ilmunya.

Sehingga dapat didefinisikan bahwa pembelajaran 3M sebagai pembelajaran berkualitas adalah :
”keadaan dan suasana kelas yang mampu mengundang anak untuk beraktivitas secara penuh dan memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan, memuaskan serta membekas secara mendalam kepada anak dengan bimbingan guru yang atraktif, interaktif dan inspiratif”.

Manfaat yang dapat diperoleh yaitu :

  1. Segala potensi siswa dapat berkembang secara utuh sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan hidupnya,
  2. tumbuh rasa cinta dan semangat belajar, yang akan menjadikan dirinya menjadi pebelajar sepanjang hayat (life long learner).
  3. Siswa terus mengembangkan diri sehingga dapat menjadi pengembang, pencipta dan penyebar ilmu

Dasar itu semua adalah kreativitas yaitu kemampuan menghasilkan ide dan gagasan baru atau ’berbeda’ untuk pembelajaran dengan memanfaatkan segala potensi yang ada. Kreativitas tidak selalu harus baru, tetapi bisa juga dari apa yang sudah ada dimodifikasi sehingga sedikit berbeda. Kreativitas tidak selalu harus mahal dan menggunakan teknologi canggih. Barang-barang bekas, murah dan sederhana juga dapat dimanfaatkan. Sebagaimana dikemukakan pada syair berikut (terinspirasi dari Lagu : Begadang oleh Rhoma Irama) :

Mengajar mari mengajar
Dengan cara yang kreatif
Gunakan apa saja yang ada
Yang penting bermanfaat

Tak perlu beli barang yang mahal
Kalau memang tak punya uang yang banyak
Cari saja barang bekas pakai
Jadi bahan ajar bila guru kreatif
Kalau begitu mengajar mudah
Siswanya senang gurunya tenang

h1

Pondok maos "guyub" Boja

Maret 3, 2008

“Kulo nuwun.”
“Permisi.”
“Bisa Masuk?”

Tiga ucapan di atas dari anak-anak dan warga desa itu lazim dipakai sebagai bentuk sopan santun memasuki rumah orang. Akan tetapi dalam waktu dua minggu saja, ketiga ucapan pembuka masuk rumah orang itu sudah luntur alias tidak kedengaran lagi. Apakah warga desa sudah punya cara lain berucap dikala masuk rumah orang? Atau bentuk sopan santun khas desa itu sudah ditinggalkan?

Ada apa dengan perubahan itu?

Ternyata warga desa itu memasuki sebuah rumah keluarga yang baru saja membuka ruangan tamunya sebagai perpustakaan kecil. Ruangan tamu dan kamar depan disulap sedemikian rupa, sehingga hanya ada karpet hijau dan rak kayu menempel melingkari tembok. Fasilitas buku yang tersedia meliputi: 550 komik, 300 buku bahasa Indonesia bertema; sastra, agama, pertanian, pertukangan, perikanan, dan keluarga, 250 novel bahasa Inggris serta beberapa majalah sastra dan sosial. Hartono, pengelola perpustakaan yang bernama Pondok Maos GUYUB menuturkan, ”Awalnya anak-anak dan warga desa, kalau pertama kali akan masuk rumah sini, selalu mengucapkan `Kulo Nuwun, Permisi, atau Bisa Masuk?` Tapi sejak pada minggu kedua dibuka Pondok Maos ini, mereka datang sudah tanpa basa-basi lagi.” Perubahan basa-basi warga desa mendapat pengamatan oleh Hartono. Dia sadar rumah itu sudah menjadi tempat umum. Pertimbangannya sangat humanis, “Daripada ruang tamu kosong dan tidak pernah dipakai, lebih baik untuk kepentingan umum.” Dia tambahkan, “Bahkan kalau dia dan keluarganya duduk-duduk di karpet, warga desa langsung saja memilih buku di rak, tanpa memperhatikan kami.”

Hartono beserta keluarganya merasa senang dan bangga, ternyata minat baca orang desa tinggi. Temuan Hartono ini bisa menggugurkan pandangan umum, yang sering bilang, minat baca orang kita rendah. Setidaknya di lingkungan desa Bebengan, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal, Jawa-Tengah, sebagai bukti nyata atas tingginya minat baca. Menurut Hartono, yang juga seniman musik dan pahat, bahwa Pondok Maos GUYUB sudah didirikan sejak September 2006, akan tetapi baru dibuka secara resmi mulai 27 Februari 2007. Peresmiannya tergolong unik, bukan pejabat daerah yang hadir, melainkan tetangga-tetangga dalam kelompok tahlilan. Sejak 27 Februari sampai 2 Juni, sekitar tiga bulan sudah ada peminjam buku sebanyak 1000 orang. Data terakhir hingga sekarang 23 Juni 2007 peminjam sudah mencapai sekitar 2500 orang yang terdiri atas 50-an desa.

Cara meminjamnya pun tidak berbelit-belit layaknya perpustakaan milik pemerintah. Calon peminjam cukup menyebutkan nama dan alamat. Masa peminjaman selama satu minggu untuk satu buku. Peminjam tidak dikenakan biaya apapun alias gratis. Lagi pula tidak ada kartu anggota atau uang jaminan. Semua dilakukan secara saling percaya dan mencoba menumbuhkan kesadaran antarsesama. Hartono bangga, karena mereka jujur-jujur, apa mungkin karena tempatnya di desa? Meskipun demikian, tiap buku disisipi secarik kertas berupa himbauan dengan bunyi: Mari kita belajar Kejujuran, Tanggung Jawab, Disiplin, dan Tepat Waktu. Kembalikanlah buku sesuai waktu pengembaliannya.

Insiden Kecil

Suatu hari ada seorang ibu guru SD melaporkan, bahwa saat dia mengajar ada seorang murid yang tidak mendengarkan. Murid itu tidak tidur, melainkan suntuk membaca di bawah bangku. Ketika guru itu memergoki, baru ketahuan, murid itu sedang membaca komik. Ujung-ujungya diketahui, kalau komik itu dipinjam dari Pondok Maos GUYUB. Gurunya cukup bijaksana, hanya memberitahu, agar membaca komiknya saat istirahat atau di rumah. Insiden kecil ini sesungguhnya mengundang dua pertanyaan: Antara sajian di komik lebih memikat atau pelajaran saat itu yang membosankan. Benar, adanya banyak anak-anak sekolah, terutama ketika menjelang magrib masih berkalung sarung dan peci, duduk di teras membaca komik. Sebelum ke masjid atau musala dia ke GUYUB dulu.

Temu Pembaca-Penulis

Suatu hari Pondok Maos GUYUB kedatangan tiga tamu. Dua orang penulis asal Jogjakarta, Ugie Sugiarto dan Anton Septian serta Shiho, mahasiswa Jepang jurusan Ilmu Budaya di UGM yang sedang mengadakan penelitian tentang komunitas sastra. Kontan saja, Pondok Maos yang baru berumur jagung bersemangat, walau belum ada aktivis pembacanya. Ketiga orang dari Jogja itu datang dengan bus umum dan sepeda motor ke Kendal yang berjarak sekitar 150 km. Para peminjam buku yang rata-rata siswa SMA segera memenuhi ruangan ditambah anak-anak SD dan SMP. Langsung saja, kedua penulis memaparkan kisahnya, bagaimana sebuah gagasan menjadi tulisan dan dari tulisan menjadi buku. Seluk-beluk mengirim ke penerbit maupun mengirim naskah ke media, menjadi sorotan khusus. Tampak hadirin antusias, sebab ya baru kali itu ada penulis datang jarak jauh dan bertemu pembaca di desa. Desa yang bisa ditempuh dari kota Semarang sekitar 30 km. Kemudian giliran Shiho merekam tanya jawab dengan pembaca. Mereka ditanya dua hal oleh Shiho, “Siapa penulis kesukaan dan judul bukunya apa?” Dan “Apa kenikmatan membaca buku sastra?” Sebagian siswa menjawab, penulisnya: Tohari, judulnya: Ronggeng Dukuh Paruk. Dan ketika ditanya, kenapa? Mereka menjawab, “Gurunya yang memberitahu.” Lain siswa, lain pula warga biasa. Hatta adalah pembaca yang kemaruk di Pondok Maos. Ketika dia ditanya, imam musala ini menjawab, “Bahwa membaca tergantung keperluan, kalau butuh pendalaman agama, ya baca buku agama, kalau ingin menanam tomat, ya baca buku tentang tomat.” Sebagai penutupan Shiho dicecar balik, oleh hadirin, misalnya: “Kenapa orang Jepang suka komik?” Menurut Shiho, memang di Jepang komik sebagai bacaan yang mentradisi sejak anak-anak. Usai acara Hatta, pendatang asal Banyuwangi itu mengungkapkan atas kenyamanannya bisa bertemu penulis dan berdiskusi bebas. Dia gambarkan, ibarat batu baterai, kena charge baru lagi.

Komentar via SMS

Pada rak buku tersebut setidaknya ada 18 buku sastra yang nomor HP penulisnya dicatat pihak Pondok Maos. Dengan harapan, manakala pembaca sudah khatam bacanya, maka mereka bisa bertanya pada pengelolanya, untuk mencatat nomor HP penulisnya. Dengan begitu akan ada interaksi antarpembaca-penulis. Salah satu pembaca bernama Bety, siswa SMA Boja telah membaca kumpulan cerpen “Burung Kolibri Merah Dadu” dari cerpenis Kurnia Efendi di Jakarta. Maka tak lama kemudian, Bety melayangkan komentar via SMS atas hasil bacaannya. Rupanya kecanggihan alat elektronika bisa dimanfaatkan pada bidang-bidang yang memang cukup penting.

Tamu Datang Membawa 100 Buku

Plang putih bertuliskan Pondok Maos GUYUB, Jalan Raya Bebengan No:221 Boja, Kendal telah mengusik orang lewat. Kalau yang lewat orang yang tidak suka bacaan, ya tak dihiraukan. Namun suatu saat yang lewat ini penyuka bacaan. Seorang dari kota Semarang mungkin sedang refreshing, karena daerah ini cukup sejuk dan asri. Tamu tersebut datang bersama anak dan istri. Menurut pengelola, Hartono, mereka tertarik dan simpatik atas usaha kecil-kecilan itu. Apalagi cara mengontrol buku yang dipinjam, cukup dengan himbauan dalam proses penyadaran. Entah bagaimana selanjutnya, tamu tadi berjanji akan menyumbang sebanyak 100 buku ke Pondok Maos GUYUB. Minggu depan rencana buku itu akan segera dihibahkan. Hartono tentu kaget, ada orang datang bukan akan pinjam, justru akan memberi buku. (Sigit Susanto)